Langsung ke konten utama

Metode & Teknik Analisis Serta Penyajian Hasil Analisis Data Dalam Penelitian Bahasa

 A. Metode Analisis Bahasa

Ada dua metode analisis data yang dapat digunakan untuk menemukan kaidah bahasa, yaitu metode padan atau metode identitas dan metode distribusional atau metode agih. Berikut ini akan disajikan prinsip-prinsip dasar kedua metode tersebut.

1. Metode Padan (Identity Method)

Metode padan, sering juga disebut metode identitas (identity method), adalah suatu metode yang dipakai untuk menentykan identitas satuan lingual tertentu dengan menggunakan alat penentu di luar bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain metode padan ini alat penentunya terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang diteliti. Berdasarkan alat penentunya, metode padan ini dapat dibedakan menjadi lima sub-bagian berdasarkan alat penentunya. Pertama, alat penentunya adalah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa, disebut referen bahasa. Kedua, alat penentunya organ wicara atau alat ucap pembentuk bunyi bahasa. Ketiga, alat penentunya bahasa lain, Keempat, alat penentunya bahasa tulis. Kelima, alat penentunya lawan bicara atau mitra wicara. Kelima alat penentu metode padan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

a. Metode Referensial
Metode referensial alat penentunya adalah referen (reference), yaitu kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa. Referen bahasa adalah benda, tindakan, sifat, keadaan, jumlah, dsb., yang mengacu kepada dunia nyata kehidupan manusia. Misalnya, kita menentukan bahwa nomina adalah kata yang menunjuk atau menyatakan benda, verba adalah kata yang menyatakan tindakan tertentu, adjektiva adalah kata yang menyatakan keadaan, sifat, kualitas situasi tertentu, numeria adalah kata yang menyatakan jumlah dari sesuatu, dst. Jadi, kata-kata manusia, batu, dan rumah termasuk kata benda; sementara kata-kata makan, minum, dan belajar digolongkan kepada kata kerja karena menyatakan tindakan. Penentuan ini berhubungan dengan alat penentu referen bahasa, yaitu benda dan tindakan yang ada di luar bahasa. Oleh karena itu metode  ini disebut dengan metode referensial. Metode padan tidak hanya dipakai untuk menentukan jenis kata, tetapi juga untuk menentukan jenis kalimat tertentu berdasarkan jenis informasinya. Misalnya, suatu kalimat disebut kalimat berita karena informasinya menyatakan berita; sebuah kalimat disebut kalimat tanya karena menyatakan pertanyaan; dan sebuah kalimat disebut kalimat perintah karena menyatakan perintah.

b. Metode Fonetis Artikulatoris
Metode Fonetis Artikulatoris alat penentunya adalah organ wicara (organ of speech). Ketika mecoba membedakan antara vokal dan konsonan, kita menyimpulkan bahwa vokal adalah bunyi yang dihasilkan tanpa ada hambatan atau gangguan di rongga mulut kecuali pada pita suara, dan konsonan adalah bunyi yang dihasilkan karena adanya penghalangan bunyi di rongga mulut. Penentuan ini berhubungan dengan alat penentu organ wicara, yaitu ada atau tidak adanya hambatan pada organ wicara. Bunyi-bunyi bahasa tertentu dinamai berdasarkan cara terjadinya (manner of articulation), tempat terjadinya hambatan (point of articulation), dan bersuara atau tidak bersuara (voiced atau voiceless sound). Misalnya, bunyi [b] dinamai ‘bilabial hambat bersuara’ (voiced bilabial stop); bunyi [p] dinamai ‘bilabial hambat tidak bersuara’ (voiceless bilabial stop). Bunyi [b] dan [p] disebut ‘bilabial’ karena terjadi dengan articulator bibir bawah dan titik artikulasi bibir atas; disebut ‘hambat’ karena terjadi dengan adanya hambatan aliran udara pada kedua bibir yang dikatupkan; disebut ‘bersuara’ karena terjadi dengan disertai bergetarnya pita suara; dan disebut ‘tidak bersuara’ karena tidak terjadi getaran pita suara untuk membunyikan bunyi bahasa tersebut.

c. Metode Translasional
Metode translasional alat penentunya adalah bahasa atau langue lain, misalnya bahasa Inggris, atau bahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Kita menyimpulkan bahwa di dalam bahasa Indonesia (yang dibedakan dengan prefiks di-) ialah kata yang dalam bahasa Jawa ing. Penentuan ini berhubungan dengan alat penentu langue lain yaitu bahasa Jawa. Penggunaan bahasa lain adalah untuk memberi tuntunan atau pedoman dengan membandingnya dengan bahasa diteliti. Padanan unsur lingual tertentu dari bahasa yang sudah dia kenal dengan unsur bahasa yang diteliti akan memberi informasi sementara tentang perilaku unsur bahasa yang diteliti. Namun, peneliti harus memahami bahwa perilaku unsur lingual tertentu tidak dapat dirumuskan berdasarkan perilaku bahasa lain, karena setiap bahasa mempunyai system sendiri yang bersifat spesifik. Oleh karena itu, perilaku dan system satuan lingual bahasa tertentu sebaiknya diperikan dalam kerangka sistem bahasa yang bersangkutan.

d. Metode Ortografis
Metode ortografis alat penentunya adalah tulisan. Misalnya, seorang peneliti menentukan bahwa ‘kalimat’ ialah satuan lingual yang diawali dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda baca titik. Penentuan seperti ini berhubungan dengan alat penentu bahasa tulis. Metode ortografis hanya mampu mengungkapkan realitas bahasa dengan tingkat kebenaran terbatas, karena hanya mengenai sebagian segi dari perilaku bahasa. Dari contoh diatas, misalnya, kalimat tidak hanya diakhiri dengan tanda baca titik, tetapi dapat juga diakhiri dengan tanda tanya dan tanda seru. Oleh karena itu, perlu didalami lebih lanjut perilaku bahasa yang diteliti tersebut.

e. Metode Pragmatis
Metode pragmatis alat penentunya adalah mitra bicara. Misalnya, kita menetapkan bahwa kalimat perintah adalah kalimat yang bila diucapkan menimbulkan tindakan tertentu dari mitra bicaranya; kalimat tanya adalah kalimat yang merangsang lawan bicara untuk memberi jawaban. Penetapan metode ini berhubungan dengan alat penentu mitra wicara. Pemakaian metode padan dengan alat penentu lawan bicara ini banyak dipakai dalam analisis linguistik yang menggunakan pendekatan pragmatik.

2. Metode Distribusional (Distributional Method)
Metode distribusional ini dikembangkan oleh ahli linguistik struktural Amerika seperti Bloomfield, Nida, Hockett, dan Harris. Berbeda dengan metode padan yang dalam analisisnya menggunakan alat penentu di luar bahasa, metode distribusional menggunakan alat penentu di dalam bahasa itu sendiri. Metode distribusional menganalisis bahasa berdasarkan prilaku satuan lingual bahasa yang diteliti. Dengan demikian analisisnya memberikan keabsahan secara linguistik. Misalnya verba dalam bahasa Indonesia ialah kata yang secara dominan dapat mengisi predikat, dan dapat bergabung dengan kata negatif tidak. Alat penentu metode distribusional ini selalu berupa unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri. Metode distribusional mencoba menganalisis satuan lingual bahasa dalam hubungannya dengan satuan lingual lainnya. Oleh karena itu, teknik-teknik analisis yang digunakan berupa penguraian satuan lingual tertentu atas unsur-unsur terkecilnya, unsur langsungnya, penggantian
suatu unsur oleh unsur lain dalam suatu konteks tertentu, perluasan (ekspansi), penghilangan satuan lingual, dan penyisipan suatu satuan lingual tertentu.

B. Teknik-Teknik Metode Padan
Sebagaimana dinyatakan pada bagian terdahulu bahwa teknik merupakan jabaran metode yang ditentukan oleh alat yang dipakai. Hal ini menunjukkan bahwa, kalau berbicara tentang teknik harus dipahami alat yang dipakai. Sudaryanto (1993) membagi teknik-teknik metode padan ini pada teknik dasar dan teknik lanjutan. Pembedaan teknik ini berdasarkan tahap penggunaannya. Teknik dasar harus digunakan sebelum teknik lanjut digunakan.

1. Teknik-Teknik Dasar: Teknik Pilah Unsur Penentu (Dividing Key Factors Technique).
Teknik dasar yang dimaksudkan di sini adalah teknik pilah unsur penentu atau teknik PUP. Alatnya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya. Sesuai dengan jenis penentunya, maka daya pilah itu dapat disebut daya pilah referensial, daya pilah ortografis, dan daya pilah pragmatis.

a. Daya pilah sebagai pembeda referensial
Daya pilah yang dimiliki oleh peneliti dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan referen, sehingga dia dapat membagi satu satuan lingual menjadi berbagai jenis, misalnya, nomina, verba, adjektiva, dan lain sebagainya. Daya pilah itu dapat dipandang sebagai alat, sedangkan penggunaan alat yang bersangkutan disebut teknik, yaitu, teknik pilah unsur penentu. Referen kalimat pada umumnya adalah peristiwa atau kejadian. Setiap peristiwa melibatkan berbagai tokoh yang memiliki peranan penting di dalamnya. Dengan daya pilah dapat diketahui ada pelaku, penderita, pemanfaat atau pengguna dan sebagainya. Berdasarkan jenis dan jumlah unsur yang terlibat, maka kalimat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Misalnya, ada kalimat jenis
1) pelaku-tindakan (agentif-aktif), contoh Dia mandi.;
2) pelaku-tindakan-penderita (agentif-aktif-objektif), contoh Dia mencium adik.;
3) pelaku-tindakan-penderita-penerima (agentif-aktif-objektifbenefaktif), contoh Dia memberi hadiah uang kepada saya.;
4) pelaku-tindakan-pemanfaat-penderita(agentif-aktif-objektifbenefaktif), contoh Dia memberi hadiah uang kepada saya.

Pembagian kalimat jenis ini dilakukan melalui teknik unsur penentu dengan daya pilah sebagai pembeda referen.

b. Daya pilah sebagai pembeda organ wicara
Organ wicara berbeda dalam mengaktifkan bagianbagiannya dalam membentuk satuan lingual tertentu (bunyi, silabel, kata, kalimat). Perbedaan itu dapat dilihat dari jumlah dan jenis bagian yang terlibat dan lama sebentarnya dan cara bagian itu aktif. Aktivitas alat wicara dan satuan lingual yang dihasilkan dapat dipilah seperti terlihat pada table berikut ini.


Jadi, dengan daya pilah sebagai pembeda organ wicara dapat dibedakan satuan-satuan lingual dalam suatu bahasa seperti contoh yang diberikan di atas.

c. Daya pilah sebagai pembeda larik tulisan
Daya pilah ini berkaitan dengan tulisan. Dalam kaitan dengan penulisan satuan lingual tertentu, kelihatan bahwa tulisan latin tampak secara linear ke kanan dan berlarik-larik ke bawah. Satuan lingualnya dapat dibedakan satu sama lainnya dengan daya pilah seperti terlihat pada table berikut ini


d. Daya pilah sebagai pembeda reaksi kadar keterdengaran

Daya pilah ini berkaitan dengan mitra wicara. Dalam kaitan dengan ini, dapat dibedakan kadar keterdengaran ujaran yang diujarkan dan reaksi dari mitra wicara. Dalam hal reaksi mitra wicara dan kadar keterdengaran serta perbedaan satuan lingual dapat dilihat pada table berikut ini.



e. Daya pilah sebagai pembeda sifat dan watak aneka lingual

Satuan lingual dapat dibedakan atas nomina, dan adverbia, misalnya dalam bahasa Inggris, dengan melihat akhirannya, umpamanya akhiran –ness, menunjukkan nomina dan akhiran –ly menunjukkan adverbia. Hal ini bisa diketahui seseorang berkat adanya daya pilah bahasa Inggris yang dimilikinya. Berdasarkan itu, maka dalam bahasa Indonesia dapat pula dibedakan kata yang berupa nomina (yang dalam bahasa Inggris berakhiran –ness) dan adverbia (yang dalam bahasa Inggris berakhiran –ly).

2. Teknik-Teknik Lanjutan

Hubungan padan, pada penelitian yang sesungguhnya, berupa hubungan banding antara semua unsur penentu yang relevan dengan semua unsur data yang ditentukan. Membandingkan berarti mencari kesamaan dan perbedaan dari dua hal yang dibandingkan. Maka hubungan banding dapat dibedakan menjadi hubungan penyamaan dan hubungan pembedaan. Berikut ini adalah teknik-teknik lanjut metode badan yang didasarkan pada kedua hal ini dapat dinyatakan dalam bentuk tiga teknik, yaitu:

a. Teknik hubung banding menyamakan (HBS);

b. Teknik hubung banding membedakan (HBB); dan

c. Teknik hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP)

Teknik hubung banding menyamakan tujuannya adalah mencari kesamaan antara dua hal yang dibandingkan. Teknik hubung banding membedakan tujuannya mencari perbedaan antara dua hal yang di banding. Sebagai kelanjutan dari kedua teknik ini adalah teknik hubung banding menyamakan hal pokok yang bertujuan untuk mencari kesamaan pokok di antara keduanya.

C. Teknik-Teknik Metode Distribusional

Teknik-teknik pada metode distribusional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan.

1. Teknik Dasar: Teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) (Segmenting Immediate Constituents Techniques)

Teknik bagi unsur langsung adalah teknik membagi suatu konstruksi atas unsur-unsur langsung yang membentuk konstruksi tersebut. Dinamakan teknik bagi unsur langsung (BUL) karena cara awal kerja analisis teknik ini adalah membagi satuan lingual data (konstruksi kata, frasa, klausa, kalimat) menjadi beberapa unsur atau bagian (konstituen). Unsur-unsur tersebut dianggap sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual data yang dianalisis. Kemampuan peneliti melakukan analisis awal ini tergantung kepada ketajaman intuisi si peneliti itu sendiri. Dengan kata lain, si peneliti harus mempunyai intuisi daya bagi atas satuan lingual yang dianalisis. Alat penentu bagi unsur ini dalam bahasa lisan adalah jeda, dan suprasegmental. Misalnya, kata seribu dapat dibagi menjadi unsur se – ri – bu, bukannya ser – ibu atau se – rib – u. Intuisi kebahasaan mengetahui satuan lingual yang tepat dan bermakna. Unsur langsung adalah unsur atau satuan lingual yang secara langsung membentuk konstruksi yang lebih besar atau konstruksi yang dianalisis. Sebagai contoh, kata ‘teachers’ terdiri atas dua unsur langsung, yaitu ‘teacher’ dan ‘-s’; kata ‘teacher’ terdiri atas dua unsur langsung, yaitu ‘teach’ dan ‘-er’. Kalimat ‘Dia pergi ke Padang’ terdiri atas dua unsure langsung, yaitu ‘dia’ dan ‘pergi ke padang’; ‘pergi ke padang’ terdiri atas dua unsure langsung, yaitu ‘pergi’ dan ‘ke padang’; ‘ke padang’ terdiri dari dua unsure langsung, yaitu ‘ke’ dan ‘padang’. Dengan demikian unsur-unsur langsung membentuk suatu konstruksi, dan konstruksi tersebut bisa membentuk konstruksi yang lebih besar. Unsur-unsur langsung sebuah konstruksi membentuk konstruksi yang lebih besar secara hirarkis mengikuti kaidah atau tata bahasa suatu bahasa.

3. Teknik-Teknik Lanjutan

Ada tujuh macam teknik lanjutan pada metode distribusional ini, yaitu: teknik lesap (deletion), teknik ganti (substitution), teknik perluas (expansion), teknik sisip (insertion), teknik balik, teknik ubah wujud, dan teknik ulang. Teknikteknik ini satu-persatu akan diuraikan berikut ini.

a. Teknik Lesap (delition)

Teknik lesap dilakukan dengan melesapkan atau menghilangkan unsur tertentu satuan lingual yang ada. Dengan menggunakan teknik lesap ini, unsur satuan lingual ABCD, misalnya, akan menjadi ABC, ABD, ACD, atau BCD. Unsur yang dilesapkan adalah unsur yang menjadi pokok perhatian dalam analisis. Jadi, bila dalam tuturan ABCD yang dihilangkan adalah unsur C sehingga tuturan itu menjadi ABD, ini berarti unsur C yang menjadi pokok perhatian analisis itu. Hasil pelesapan ini ada dua, yaitu tuturan yang dapat diterima oleh penutur atau tuturan yang tidak dapat diterima. Bila tuturan itu diterima berarti tuturan itu gramatikal, bila tidak berarti tidak gramatikal. Misalnya, pada kalimat ‘Dia pergi ke Padang’ (‘Dia’ = A, ‘pergi’ = B, ‘ke’ = C, dan ‘Padang’ = D), kita ingin menguji apakah unsur ‘ke’ (C) pada kalimat ini bersifat wajib atau tidak. Apabila ‘ke’ (C) dihilangkan, maka kalimat itu menjadi ‘Dia pergi Padang’ (ABD). Ternyata konstruksi kalimat ini tidak gramatikal. Jadi kehadiran C (unsur ‘ke’) wajib dalam kalimat ini. Demikian pula unsur ‘Padang’ dan ‘Dia’ wajib, karena tidak mungkin dihilangkan. Unsur ‘pergi’ justru tidak wajib, karena dapat dihilangkan dan sisanya tetap meryupakan susunan yang gramatikal. Dengan demikian preposisi ‘ke’ lebih inti dibandingkan kata kerja ‘pergi’ dalam kalimat ‘Dia pergi ke Padang’. Teknik lesap ini berguna untuk mengetahui kadar keintian unsur yang dilesapkan. Jika hasil pelesapan itu tidak gramatikal, berarti kadar keintiannya tinggi, artinya unsur itu mutlak diperlukan untuk membentuk satuan lingual tersebut. Teknik lesap ini dapat digunakan untuk menganalisis kalimat (sintaksis), frasa, klausa, dan kata (morfologi).

b. Teknik Ganti (Substitution)

Teknik ganti dilakukan dengan menggantikan unsur suatu satuan lingual dengan unsur lain di luar satuan lingual yang bersangkutan. Dengan menggunakan teknik ganti, unsur satuan lingual ABCD akan menjadi ABCS, ABSC, ASCD, atau SBCD. Unsur S (substitutor) adalah unsur pengganti dari unsur yang ada, tergantung unsur mana yang akan digantikan. Unsur yang diganti merupakan unsur yang menjadi pokok perhatian dalam analisis ini. Seperti halnya teknik lesap, hasil penggunaan teknik ganti ini berupa tuturan yang gramatikal dan dapat diterima dan yang tidak gramatikal (tidak dapat diterima). Teknik ganti berguna untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti. Bila dapat saling menggantikan berarti kedua unsur itu dalam kelas atau kategori yang sama. Makin banyak kemungkinan penggantian unsur yang sama dalam berbagai satuan lingual, makin tinggi kadar kesamaannya. Misalnya, pada kalimat ‘Mahasiswa itu sedang membaca’, kata ‘membaca’ dapat digantikan dengan kata ‘menulis’, ‘belajar’ dan ‘ bekerja’, tetapi tidak dapat digantikan dengan kata ‘meja’, ‘dia’, dan ‘dua’. Mengapa ada kata yang saling menggantikan dan ada yang tidak saling menggantikan? Kata yang saling menggantikan berarti mempunyai kadar kesamaan, misalnya kelas katanya sama; sementara kata yang tidak dapat saling menggantikan tidak mempunyai kadar kesamaan, berarti kelas katanya berbeda.

c. Teknik Perluas

Teknik perluas dilakukan dengan memperluas suatu satuan lingual ke kiri atau ke kanan dengan menggunakan unsur tertentu yang lain. Satu satuan lingual ABCD, dengan menggunakan teknik perluas, akan menjadi EABCD atau ABCDE, di mana unsur E adalah unsur pemerluas (ekspansor). Perluasan itu hanya dua macam, yaitu ke kiri atau ke depan dan ke kanan atau ke belakang satuan lingual. Hal ini sesuai dengan sifat bahasa yang linear (contoh bahasa Indonesia). Hasilnya juga ada dua macam, yaitu gramatikal (dapat diterima) dan tidak gramatikal (tidak dapat diterima). Salah satu manfaat dari teknik perluas adalah untuk mengetahui identitas satuan lingual tertentu. Misalnya, kita membandingkan kata kerja ‘membeli’ dan ‘membelikan’. Kedua kata kerja ini adalah kata kerja transitif, tetapi kemungkinan besar identitasnya tidak sama. Kata ‘membeli’ dapat diperluas ke kanan dengan menambahkan sebuah komponen kata, yaitu ‘mainan’. Sementara kata ‘membelikan’ dapat diperluas ke kanan dengan menambahkan dua komponen kata, yaitu ‘adik’ dan ‘mainan’, sehingga kata ‘membelikan’ dapat diperluas menjadi ‘membelikan adik mainan’. Sementara kata ‘membeli’ dapat diperluas menjadi ‘membeli mainan’ dan tidak bisa diperluas menjadi ‘*membeli adik mainan’. Jadi, kata ‘membeli’ termasuk mono transitif, sementara kata ‘membelikan’ termasuk bitransitif. Teknik perluas ini juga berguna untuk menentukan makna (aspek semantis) satuan lingual tertentu. Teknik perluas berguna untuk mengetahui kadar kesinoniman bila dua satuan berlainan tetapi diduga bersinonim satu sama lain. Sinonim berarti bentuknya berbeda tetapi informasinya sama atau maknanya sama.

d. Teknik Sisip

Teknik sisip dilakukan dengan menyisipkan unsur tertentu di antara unsur-unsur yang ada. Pada hakekatnya teknik sisip sama dengan teknik perluas, yaitu sama-sama menggunakan unsur tambahan dengan unsur baru. Bedanya, pada teknik perluas penambahan dilakukan di luar satuan lingual yang ada, sementara penambahan pada teknik lesap dilakukan di dalam satuan lingual yang ada. Satuan lingual ABCD setelah dilakukan teknik sisip akan menjadi ABCID, ABICD, atau AIBCD, di mana unsur I (interuptor) adalah unsur penyisip. Teknik sisip berguna untuk melihat ketegaran letak unsur-unsur tertentu. Bila penerapan hasil teknik sisip ini menghasilkan tuturan yang gramatikal maka ketegaran susunan unsur itu kurang. Bila hasilnya tidak gramatikal berarti tingkat ketegarannya tinggi. Misalnya, pada kalimat ‘Mereka main bola di sini’, untuk membuktikan apakah hubungan unsur bahasa ‘mereka’, ‘main’, ‘bola’ ‘di sini’, dapat diuji dengan menyisipkan unsur bahasa ‘kemaren’. Hasilnya dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut ini.

(1) Mereka kemaren main bola di sini.

(2) *Mereka main kemaren bola di sini.

(3) ?Mereka main bola kemarin di sini.

Dari kalimat-kalimat di atas terlihat bahwa hubungan antara ‘main’ dan ‘bola’ kadarnya cukup tinggi, di antara keduanya tidak bisa disisipi oleh kata ‘kemaren’. Sementara, hubungan kata ‘mereka’ dan ‘main’ serta ‘main bola’ dan ‘di sini’ kadar keeratan hubungannya cukup rendah, bisa disisipi oleh kata ‘kemarin’.

e. Teknik Balik

Teknik balik dilakukan dengan membalikkan unsur satuan lingual yang ada. Satuan lingual ABCD dengan menerapkan teknik balik akan menjadi ABDC, ACBD, BACD, DABC, dan BCDA. Bila penggunaan teknik balik ini dihasilkan tuturan yang gramatikal, yaitu tidak berubahnya informasi tuturan yang dikenai teknik balik itu, berarti ketegaran unsurunsur dalam tuturan ini rendah. Misalnya, lihatlah kalimat berikut:

(1) Ayahnya, yang pensiunan PNS itu, benar-benar orang sabar.

(2) *Yang pensiunan PNS itu, ayahnya, benar-benar orang sabar.

(3) Dia belajar dengan tekun.

(4) Dua dengan tekun belajar.

Kalimat (1) kadar ketegaran letak unsurnya tinggi, sehingga tidak bisa dibalikkan menjadi kalimat (2). Kalimat (3) kadar ketegaran letak unsurnya rendah, sehingga dapat dibalikkan menjadi kalimat (4). Dengan demikina dapat dinyatkan bahwa teknik balik berguna untuk mengetahui kadar ketegaran letak suatu unsur dalam susunan beruntun. Bila unsur tertentu bisa dipindahkan tempatnya berarti kadar ketegaran letaknya rendah.

f. Teknik Ubah Wujud

Teknik ubah wujud dilakukan dengan mengubah wujud salah satu atau beberapa unsur satuan lingual yang bersangkutan. Satuan lingual yang berunsurkan ABCD dengan teknik ubah wujud akan menjadi CBAD atau CBDA. Unsur B dan A berubah wujud meskipun elemen intinya sama. Misalnya:

Teknik ubah wujud ini berguna untuk menentukan tataran makna konstituen sintaksis yang disebut “peran” (pelaku, penderita, dsb.), mengetahui pola struktur peran, dan mengetahui tipe tuturan berdasarkan pola strukturalnya. g. Teknik Ulang Teknik ulang digunakan dengan mengulang unsur satuan lingual yang ada. Semacam penambahan, tetapi penambahannya identik dengan dengan unsur lingual yang sudah ada. Satuan lingual ABCD dengan teknik ulang akan menjadi ABCDD, ABCCD, ABBCD, atau AAABCD. Kemungkinan lainnya akan menjadi ABCDABCD, ABCDCD, atau ABABCD atau beberapa bentuk lain yang mungkin dilakukan pengulangan dari unsur yang ada. Teknik ulang berguna untuk menentukan identitas satuan lingual, yaitu jenis satuan lingual apa saja yang dapat dikenai teknik ulang ini. Misalnya, kapan bentuk orang tua dapat dipandang sebagai kata majemuk dan kapan pula bentuk orang tua dapat dipandang sebagai kata. Hal itu dapat ditentukan dengan teknik ulang menjadi orang-orang tua, orang-orang tua,orang tua-orang tua, dan orang tua-tua. Seperti dinyatakan pada awal bab ini bahwa analisis dianggap berakhir apabila kaidah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti telah ditemukan. Kaidah yang dimaksud di sini mencakup tiga aspek:

(1) Bagaimana lingkup jangkauan berlakunya kaidah, apakah ada pengecualian? Hal ini harus secara gambling dijelaskan.

(2) Berapa macam jenis atau tipe temuan.

(3) Hubungan antar kaidah, mana yang kaidah pokok dan mana yang bukan kaidah pokok.

Jadi, analisis dapat dihentikan apabila peneliti menemukan bahwa kaidah yang berlaku terkait dengan fenomena-fenomena tertentu mencakup beberapa macam tipe dan dari tipe-tipe tersebut diketahui ada tipe pokok, sementara yang lain merupakan turunan dari tipe tersebut.


Penyajian Hasil Analisis Data

A. Metode Penyajian Formal

Metode penyajian formal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan tanda-tanda dan lambanglambang. Tanda-tanda yang dimaksud antara lain tanda tambah (+), tanda kurang (-), tanda bintang (*), tanda panah (), tanda kurung biasa (()), tanda kurung kurawal ({}, tanda kurung siku ([]), dan sebagainya. Sedangkan lambanglambang yang dimaksud adalah singkatan nama (S, P, O, V, K), lambang sigma (S) untuk satuan kalimat, dan berbagai diagram.

B. Metode Penyajian Informal

Metode penyajian informal dilakukan dengan menggunakan kata-kata biasa. Meskipun demikian penggunaan terminologi yang sifatnya teknis tidak bisa dihindari.


Sumber: M. Zaim, Buku Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH MEKANISME LOMBA STORY TELLING

Berikut adalah contoh mekanisme melaksanakan lomba story telling. Isinya dapat disesuaikan sesuai kebutuhan kompetisi yang kalian adakan!!! Registrasi dan Syarat Pendaftaran: 1. Pendaftaran dimulai pada tanggal .... 2. Peserta lomba adalah siswa .... 3. Kontribusi setiap peserta lomba sebesar Rp..... 4. Setiap sekolah mengirimkan perwakilannya maksimal ..... dengan naskah yang berbeda. 5. Peserta wajib memberikan naskah story telling dalam bentuk print out sebanyak ..... rangkap naskah asli saat pendaftaran ulang. 6. Peserta wajib melakukan pendaftaran ulang terlebih dahulu dan wajib mengikuti upacara pembukaan. 7. Diperkenankan melakukan daftar ulang secepatnya sebelum pendaftaran ulang ditutup, pendaftaran ulang ditutup saat upacara pembukaan dimulai. Apabila daftar ulang telah ditutup dan masih ada peserta yang belum melakukan daftar ulang maka peserta tersebut tidak diperkenankan mengikuti lomba dan didiskualifikasi. 8. Pengocokan nomor peserta akan dibagikan s

Menulis E-mail Profesional dalam Bahasa Inggris

Menulis e-mail dalam Bahasa Inggris adalah latihan yang harus dilakukan dalam konteks aktivitas profesional saat ini. Salah tafsir, formulasi yang terlalu kaku, atau terlalu santai merupakan resiko ketika menerjemahkan e-mail dalam bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Sehingga saat ini, penulis harus benar-benar menguasai tata cara berbahasa dan berkorespondensi dengan bahasa Inggris yang baik dan benar. Untuk menghindari salah korespondensi dalam bahasa Inggris, berikut ini adalah beberapa pengetahuan yang berguna untuk menyusun e-mail dalam bahasa Inggris yang profesional.  Untuk Siapa dan Untuk Apa? Saat ini banyak karyawan perusahaan yang bekerja dalam konteks internasional, untuk pertukaran komersial, untuk kemitraan, untuk pertanyaan tentang produk, dan lain-lain. Banyak pegawai mendapati diri mereka terpaksa untuk menghubungi profesional atau mitra yang berbasis di Inggris, Amerika atau di bagian dunia lainnya, sehingga harus berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Subjek

MENYUSUN CV/RESUME/PROFIL

Langkah pertama …. Mulailah dari hal-hal kecil seperti memilih alamat surel yang tampak baik dan profesional. Hindari alamat surel yang terkesan main-main seperti:  rajaganteng2000@gmail.com  syantieqabiezz2019@yahoo.com  goodlookingofme@gmail.com  missu4ever@ymail.com  xoxo-lopu@gmail.com  simaniez09102000@yahoo.com Pilihlah nama yang memberi kesan profesional: Misalnya menggunakan nama lengkap Anda: annawiksmadhara@yahoo.com Atau yang menunjukkan profesi Anda yusrita_translator@gmail.com dianahasan.interpreter@ymail.com MAHASISWA JAMAN NOW KIRIM LAMARAN KERJA CV/Resume/Profil Mengapa Sangat Penting? ■ CV/Resume/Profil Anda = Iklan Anda ■ Sasaran Anda = Pengguna Jasa (biro penerjemah dan pemakai akhir - end-user) dan Perusahaan Pemberi Kerja (employer) Oleh sebab itu, CV/Resume/Profil Anda harus:  Menarik  Informatif  Lengkap  Relevan Tips Menyusun CV/Resume/Profil 1. Gunakan nama Anda sebenarnya 2. Jujur dalam menyampaikan informasi 3. Susunlah CV lengkap dengan mencantumka