A. Metode Simak
Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui proses penyimakan atau pengamatan terhadap penggunaan bahasa yang diteliti. Metode ini hampir sama dengan metode pengamatan atau metode observasi dalam ilmu-ilmu sosial. Istilah simak di sini bukan hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan seperti pidato dan percakapan antar penutur suatu bahasa, tetapi juga termasuk untuk bahasa tulis, yaitu mengamati, membaca, dan memahami bahasa tulis yang ada dalam suatu teks tertulis seperti naskah cerita, berita surat kabar, dan naskah tertulis lainnya. Metode simak dapat diwujudkan dalam bentuk teknik pengumpulan data yang diberi nama sesuai dengan alat yang digunakannya seperti menyadap, melakukan percakapan, merekam, atau mencatat. Dari segi tahapan penggunaannya, teknik-teknik dalam metode simak ini dapat dibedakan menjadi dua jenis teknik, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar adalah teknik yang harus digunakan oleh seorang pengumpul data terlebih dahulu sebelum menggunakan teknik berikutnya, yang kemudian disebut teknik lanjutan.
Teknik Dasar: Teknik Sadap
Teknik dasar dalam metode simak ini disebut dengan teknik sadap. Diberi nama teknik sadap karena proses penyimakan dalam metode simak ini dilakukan dengan cara penyadapan. Dalam hal ini, seorang peneliti dengan segenap kemampuannya melakukan penyadapan terhadap bahasa yang digunakan dalam komunikasi penutur suatu bahasa baik berupa pembicaraan seorang (monolog), berpasangan, atau beberapa orang (dialog). Teknik sadap dipandang sebagai teknik dasar dalam metode simak. Teknik ini dilanjutkan dengan teknik lanjutan seperti dapat dilihat pada bahasan berikut ini.
Teknik Lanjutan
Sesuai dengan namanya, teknik lanjutan ini dapat digunakan berdasarkan teknik dasar yang telah digunakan. Ada tiga jenis teknik yang dapat dilakukan sebagai realisasi teknik lanjutan ini, yaitu Teknik Simak Libat Cakap (SLC), Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat. Masing-masing teknik ini mempunyai karakteristik dan prosedur tertentu dalam penerapannya.
1. Teknik Simak Libat Cakap (SLC)
Teknik Simak Libat Cakap (SLC) dapat dilakukan bila kegiatan penyadapan data bahasa yang diteliti dilakukan oleh pengumpul data dengan cara berpartisipasi dalam pembicaraan dan menyimak pembicaraan. Jadi, peneliti ikut serta dalam pembicaraan dengan sumber datanya sambil memperhatikan penggunaan bahasa lawan bicaranya dalam pembicaraan itu.
2. Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC)
Teknik simak bebas libat cakap ini dilakukan dengan menyadap tanpa perlu berpartisipasi berbicara. Si peneliti tidak ikut dalam proses pembicaraan. Dia hanyalah sebagai penyimak yang penuh minat tekun mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berbicara. Dalam teknik ini, peneliti jelas tidak ikut menentukan pemunculan calon data. Dia hanya menyimak calon data kebahasaan yang muncul dalam peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya.
3. Teknik Rekam
Teknik ini dapat dilakukan bersamaan dengan teknik SLC dan SBLC, di mana sambil melakukan percakapan dilakukan pula perekaman dengan tape recorder atau handycam. Pelaksanaan perekaman harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kewajaran proses percakapan yang terjadi. Sebaiknya perekaman itu dilakukan tanpa sepengetahuan lawan bicara. Teknik rekam adalah pemerolehan data dengan cara merekam pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan. Alat perekam yang dipakai sebaiknya yang berukuran kecil, sehingga dapat dimasukkan ke dalam saku baju dan tidak diketahui oleh informan yang bahasanya kita rekam. Dengan demikian, informan dapat menyampaikan bahasa secara alamiah.
4. Teknik Catat
Teknik catat ini dapat dilakukan bersama teknik sadap dan teknik rekam dan dapat juga dilakukan sesudah teknik rekam dilakukan. Pencatatan dilakukan pada kartu data berupa pencatatan ortografis, fonemis atau fonetis, sesuai dengan objek penelitian yang dilakukan. Kartu pencatatan dapat dilakukan pada kertas yang mampu memuat, memudahkan pembacaan dan menjamin keawetan data.
B. Metode Cakap
Metode ini disebut metode cakap karena memang data diperoleh dengan melakukan percakapan antara peneliti dengan penutur bahasa selaku sumber data (informan). Dalam penelitian ilmu sosial, metode ini dapat dinyatakan sebagai metode interview atau metode wawancara. Adanya percakapan antara peneliti dengan informan mengandung arti adanya kontak langsung antar mereka, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kontak langsung dapat dilakukan secara tatap muka dengan penutur bahasa, sementara kontak tidak langsung dapat dilakukan tanpa tatap muka, seperti melalui angket dan cara pengumpulan data sejenis. Seperti halnya metode simak, metode cakap juga mempunyai teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar metode simak ini adalah teknik pancing, dan teknik lanjutannya adalah teknik cakap semuka dan teknik cakap tansemuka (Sudaryanto, 1988). Selanjutnya lihatlah penjelasan berikut ini.
1. Teknik Dasar: Teknik Pancing
Teknik dasar dalam metode cakap ini adalah teknik pancing. Pada dasarnya percakapan dapat dilakukan dengan melakukan pemancingan atau stimulasi terhadap lawan bicara. Seorang peneliti, dengan segala kemampuannya, memancing seseorang agar berbicara dengan bahasa yang akan diteliti. Kegiatan memancing pembicaraan seperti ini dipandang sebagai teknik dasar dalam melakukan metode cakap, dan disebut dengan teknik pancing. Pancingan dapat berupa pertanyaan spontan kepada informan dan dapat pula berupa bentuk-bentuk bahasa atau makna-makna yang disusun dalam bentuk daftar pertanyaan atau daftar kosa kata (misalnya daftarkosa kata dasar Swadesh atau kosa kata budaya dasar berdasarkan medan makna).
2. Teknik Lanjutan
Teknik lanjutan metode cakap ini dapat dibagi dua, yaitu teknik cakap semuka (CS) dan teknik cakap tansemuka (CTS). Selanjutnya lihatlah penjelasan berikut ini.
3. Teknik Cakap Semuka (CS)
Percakapan yang dilakukan antara peneliti dan sumber data dengan tatap muka atau bersemuka. Artinya, peneliti memancing sumber data berbicara melalui percakapan langsung. Percakapan dikendalikan oleh si peneliti sesuai dengan kepentingannya, yaitu memperoleh data kebahasaan selengkap-lengkapnya. Orang yang dipancing berbicara itu adalah pemberi informasi atau nara sumber data penelitian pada tahap pemerolehan data penelitian. Orang ini lazim disebut sebagai informan atau pembahan, yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu.
4. Teknik Cakap Tansemuka (CTS)
Pemancingan bicara dapat juga dilakukan dengan percakapan tidak langsung, tidak tatap muka, atau tidak bersemuka. Percakapan dapat dilakukan juga secara tertulis. Dalam hal ini, peranan peneliti sebagai pemancing pembicaraan diganti dengan daftar pertanyaan. Teknik ini dilakukan sebagai lanjutan dari teknik cakap semuka, dimana karena sebab tertentu kontak langsung dengan informan tidak bisa dilakukan. Teknik ini bisa dilakukan kalau informan itu mampu baca tulis dan bahasa yang diteliti itu mempunyai bahasa tulis.
5. Teknik Rekam dan Teknik Catat
Teknik rekam dapat dilakukan bersama dengan teknik cakap semuka (Teknik CS). Disamping itu juga dapat dilakukan teknik Catat, yaitu pencatatan pada kartu data. Teknik cakap tansemuka (Teknik CTS) dapat dilanjutkan pula dengan teknik catat.
C. Pemilihan Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Pustaka/Dokumentasi
Metode pustaka atau dokumentasi adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-sumber tertulis tersebut dapat berwujud majalah, surat kabar, karya sastra, peraturan perundangundangan, dsb. Pada masing-masing sumber tertulis tersebut terdapat beragam tulisan seperti berita, tajuk, pojok, dsb. Data kebahasaan dari sumber pustaka diambil sesuai dengan kepentingan dan tujuan penelitian. Penelitian jenis ini dapat berupa morfologi, sintaksis, dan analisis wacana. Apabila yang diteliti morfosintaksis, maka data yang diambil cukup kata kata yang mengandung unsur yang diteliti. Apabila yang diteliti morfologi, frasa, dan klausa, maka data yang diambil disertakan pula konteks kalimatnya. Apabila yang diteliti kalimat, maka data yang relevan termasuk kalimat sebelum dan sesudah kalimat yang diteliti. Pencatatan data penelitian dapat dilakukan pada kartu data yang telah disiapkan sesuai dengan masalah pokok yang menjadi sasaran penelitian. Untuk itu, peneliti harus mempersiapkan kartu data beserta informasi lain yang dibutuhkan dalam penelitian dimaksud.
2. Teknik Kuesioner
Pada prinsipnya teknik kuesioner hampir sama dengan teknik cakap tansemuka seperti dinyatakan oleh Sudaryanto (1988). Materi kuesioner telah disusun menurut urutan tertentu, tetap, dan sama untuk semua responden. Responden diminta mengisi instrumen sesuai dengan perintah yang telah dituliskan pada kuesioner. Kehadiran peneliti tidak diperlukan dalam pengisian instrumen sejauh instrumen itu jelas mengemukakan data yang diminta kepada responden. Teknik kuesioner dapat digunakan untuk penelitian morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
Sumber: M. Zaim, Buku Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural.
Komentar
Posting Komentar